Sigli – Cahaya Mulia FC tampil gemilang dan keluar sebagai juara pada Trofeo Minisoccer Piala Cahaya Mulia 2025, yang digelar Jumat malam, 24 Oktober di Lapangan GS Minisoccer, Sigli, Kabupaten Pidie.
Namun di balik kemenangan tim, ada satu nama yang mencuri perhatian: Rijal Ali, bek tangguh yang disebut-sebut sebagai pemain paling “hoki” di ajang ini.
Dipimpin Kamarullah alias Arul, skuad Cahaya Mulia tampil solid dan penuh percaya diri. Diperkuat pemain-pemain seperti Dendi (kiper), Kamarullah, Amirudin, Zams, Arief, Risnandar, dan tentu saja Rijal Ali, tim ini benar-benar menunjukkan kekompakan dan semangat juang tinggi sejak laga perdana.
Rijal Ali menjadi sosok sentral di lini belakang. Bukan hanya tangguh menjaga pertahanan, tapi juga dianggap pembawa keberuntungan bagi timnya. Bagaimana tidak — di turnamen sebelumnya, Rijal juga sukses mengantar tim yang ia bela menjadi juara.
> “Kayaknya di mana Rijal main, piala ikut pulang,” celetuk salah satu rekan setim sambil tertawa usai laga, menegaskan julukan “pemain paling hoki” yang kini melekat padanya.
Menambah daya tarik, Cahaya Mulia tampil dengan jersey baru berwarna hitam berpadu garis merah dan putih, memberi kesan elegan sekaligus garang di lapangan. Arul dan kawan-kawan tampil agresif sejak menit awal, menekan pertahanan lawan lewat serangan cepat dari Zams, Amirudin, dan sang kapten sendiri.
Sementara itu, barisan pertahanan Cahaya Mulia nyaris tanpa cela di bawah komando Rijal Ali, membuat kiper Dendi nyaris tanpa banyak kerja keras di bawah mistar.
Turnamen Trofeo Minisoccer Piala Cahaya Mulia 2025 diikuti empat tim — ZF84 FC, Amuk Kupi, Cahaya Mulia FC, dan CV Salam Jaya — berlangsung seru dan penuh sportivitas. Dari seluruh laga, Cahaya Mulia tampil paling konsisten, menyegel gelar juara setelah mengalahkan ZF84 FC dan CV Salam Jaya di dua laga penting.
Meski sempat kalah tipis 0–1 dari Amuk Kupi, posisi Cahaya Mulia tetap kokoh di puncak klasemen akhir dengan 6 poin, 2 gol, dan hanya 1 kali kebobolan.
ZF84 FC dan CV Salam Jaya menempel di bawah dengan 4 poin, sementara Amuk Kupi harus puas di dasar klasemen dengan 3 poin.
Lebih dari sekadar ajang kompetisi, Trofeo ini menjadi wadah silaturahmi antar pemain lintas profesi. Tapi malam itu, satu hal yang paling diingat para penonton: nama Rijal Ali. Bukan cuma karena kokohnya bertahan, tapi karena setiap kali ia turun ke lapangan — keberuntungan seolah selalu ikut bermain.
Editor : Amiruddin
